Search results
2 dni temu · JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid menguak fakta 13 juta bidang tanah atau ekuivalen 6,4 juta hektar tanah yang telah bersertifikat, namun tidak memiliki peta.. Nusron mengungkapkan ini dalam Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi II DPR RI di Jakarta, Rabu (30/10/2024). "Pemetaan tanah kita ini di Indonesia ini bapak/bapak ...
26 lut 2021 · Struktur tanah terdiri dari gumpalan-gumpalan kecil akibat melekatnya butir-butir tanah. Berikut ini jenis-jenis struktur tanah: Lempeng (platy), granuler, dan remah (crumb). Prisma (prosmatic). Tiang (columnar). Gumpal bersudut (angular blocky). Gumpal membulat (sub angular blocky). Faktor-faktor Pembentuk Tanah.
31 gru 2019 · Komnas HAM merilis, konflik agraria terus meluas. Konflik agraria mencerminkan keadaan tak terpenuhinya rasa keadilan bagi kelompok masyarakat yang mengandalkan hidup dari tanah dan kekayaan alam. Pada 2017, ada 1.162 pengaduan kasus ke Komnas HAM, 269 kasus atau 23,14% terkait konflik agraria.
Salah satu masalah mendasar yang dihadapi Indonesia dalam membangun sistem pertanian yang tangguh adalah struktur penguasaan tanah yang tidak terkonsolidasi, serta penguasaan rata-rata per petani yang sangat kecil dan timpang. Sampai saat ini upaya memperbaiki struktur penguasaan tanah tidak tercapai. Hal itu merupakan akibat dari rumusan ...
16 lis 2023 · Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan redistribusi tanah objek reforma agraria (TORA) yang berlaku umum di Indonesia dan implementasi kebijakan pendistribusian tanah di...
3 gru 2018 · Tanah reforma agraria yang diredistribusikan direncanakan mencapai 9,25 juta hektar, terdiri dari 1,1 juta hektar tanah yang menurut UU sudah bisa diperuntukkan bagi landreform, dan 8,15 lainnya berupa tanah-tanah berstatus kawasan hutan produkti konversi.
Penelitian tanah di Indonesia dimulai sejak tahun 1817 namun secara resmi penelitian klasifikasi tanah di Indonesia dimulai pada tahun 1905. Klasifikasi tanah pertama di Indonesia disusun oleh E. C. J. Mohr pada tahun 1910 yang bekerja di Bodemkundig Instituut.