Search results
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencermati lebih jauh sistem konstruksi pada interior bangunan tradisional Bali, dan bagaimana konstruksi tersebut dikemas dalam suatu ungkapan estetis yang bisa memperindah interiornya.
Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengetahui bagaimana sistem struktur dan konstruksi pada bangunan tradisional Bali berdasarkan sumber-sumber baik berupa buku maupun lontar. Sistem Konstruksi pada bangunan tradisional Bali biasanya diambil dari ukuran tangan si pemilik rumah dengan berbagai istilah dan penggunaannya untuk berbagai
Kayu adalah sumber daya alam yang pemanfaatannya akhir-akhir ini banyak pada bidang industri kayu lapis, furnitur. Dapat dikatakan sangat sedikit pemakaiannya dalam bidang jembatan secara langsung sebagai konstruksi utama. Paling tidak penggunaan kayu sebagai bekisting untuk jembatan.
Jembatan kayu terbuat dari kayu yang kuat dan sering digunakan di daerah pedesaan atau hutan. Meskipun umumnya lebih sederhana, jembatan kayu dapat menjadi pilihan yang ramah lingkungan dan ekonomis.
Salah satu ciri khas konstruksi jembatan kayu tradisional adalah penggunaan sistem pasak dan lubang, yang menggabungkan elemen kayu tanpa paku besi. Teknik ini, yang diwariskan turun temurun, menunjukkan kepiawaian dalam memahami karakteristik kayu dan memanfaatkannya secara optimal.
Beberapa jenis kayu yang umum digunakan dalam konstruksi jembatan kayu antara lain jati, meranti, dan ulin. Kayu-kayu ini memiliki sifat yang baik untuk konstruksi jembatan, seperti kekuatan tarik dan tekan yang tinggi, serta ketahanan terhadap pembusukan dan serangan serangga.
Fungsi estetika inilah yang ingin ditambahkan I Komang Azi Sunarya Guritna pada jembatan Blahkiuh Ayunan, di Kabupaten Badung, Bali. Menurut Azi akrab disapa, jembatan memiliki variasi bentuk desain, material, dan fungsi yang bermacam-macam, salah satunya pelengkung baja.