Search results
13 lip 2016 · Bagaimana kita dapat memiliki hati yang mencintai Tuhan tanpa batas, sehingga kita dapat intim dengan-Nya? Pertama, hendaknya kita harus merasakan adanya kekosongan dalam hati dan adanya jiwa yang haus untuk terus berada didekat Tuhan, dan menemukan bahwa Tuhan Yesus lah jawaban atas hidup kita dan hanya DIA yang kita perlukan(Mazmur 42:2–3).
Hati Tuhan penuh dengan cinta, kasih sayang, belas kasihan, keadilan, dan kreatifitas. Dia mencari orang-orang yang seperti Dia - seperti Yesus. Hanya karya Roh Kudus di dalam hati Anda yang dapat membuat Anda mengasihi Yesus. Saul gagal. Tuhan telah menyuruh Saul untuk menunggu sampai Samuel tiba. Ketika Samuel terlambat, orang-orang menjadi ...
29 wrz 2023 · Dalam 2 Korintus 13:5, Rasul Paulus bertanya kepada kaum beriman di Korintus: “Atau apakah kamu tidak yakin akan dirimu bahwa Yesus Kristus ada di dalam diri kamu?” Saat menulis Yesus Kristus ada di dalam kamu, Paulus tidak berbicara secara puitis atau metaforis.
6 dni temu · TENTANG CINTA MANUSIAWI DAN CINTA ILAHI DI HATI YESUS KRISTUS. 1.“DIA MENCINTAI KITA”, kata Santo Paulus tentang Kristus (lih. Rm 8:37), untuk membuat kita menyadari bahwa tidak ada yang dapat “memisahkan kita” dari kasih itu (Rm 8:39). Paulus dapat mengatakan ini dengan pasti karena Yesus sendiri telah mengatakan kepada murid-murid-Nya, “Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:9, 12).
Di dalam Matius 22:37, Tuhan Yesus mengajar bahwa kita harus mengasihi Allah dengan hati, jiwa, dan akal budi kita. Di sini, Ia menyebut: hati, jiwa, dan akal budi. Mengasihi Allah dimulai dari hati kita.
9 maj 2021 · Ketika kita mencintai dengan sepenuh hati dan tanpa syarat, kita benar-benar adalah gambar/citra Tuhan. Ketika kita saling mencintai, kita juga memperluas kerajaan Allah di dunia. Ketika kita mengungkapakan cinta Tuhan ini, kita bersaksi bahwa Roh Tuhan diam di dalam diri kita.
Apa yang bisa kita pelajari dari Tuhan kita, Sang Teladan utama dalam melayani orang lain? Dia memperoleh kuasa yang berasal dari pengenalan akan diri-Nya sendiri. Sebagai manusia, sama seperti kita, Yesus juga rentan terhadap kelelahan, keletihan, keputusasaan, dan frustrasi (Markus 6:31).