Search results
21 lip 2021 · Properti Tari Merak terbilang cukup banyak, mulai dari kostum hingga aksesorisnya. Dikutip dari jurnal Bentuk Visual Kostum Tari Merak Jawa Barat Karya Irawati Durban Ardjo oleh Venny Agustin Hidayat, setidaknya ada 11 properti Tari Merak yang dikenakan para penarinya. 1. Siger (Mahkota)
4 sty 2024 · Berikut ini adalah elemen-elemen yang membentuk properti tari Merak dengan segala keunikan dan kekayaan makna yang terkandung di dalamnya: 1. Siger/Mahkota. Siger, atau mahkota yang megah, adalah salah satu elemen utama yang dipakai penari Merak di bagian atas kepalanya.
1 godzinę temu · Susumping adalah properti tari merak berupa garis-garis yang membentuk pola bulu merak, yang diletakkan di bagian tengah dan disisipkan pada kostum. Susumping terbuat dari kulit sapi dengan warna hijau muda, perak, hijau tua, dan kuning keemasan. 3. Anting. Para penari Tari Merak mengenakan giwang atau anting di telinga.
24 sie 2022 · Dilansir dari Kompas.com, Tari Merak mempunyai lima gerakan dasar, yakni: 1. Gerakan kaki seperti sedang mengais tanah, sambil menggeleng-gelengkan kepala layaknya burung merak. Dalam gerakan ini, posisi tangan penari ada di samping tubuh memegang sayap (kain) merak. Beberapa kali tangan diayun ke depan dan belakang. 2.
10 maj 2024 · Tari Merak, tarian tradisional Indonesia yang asalnya dari Jawa Barat. Tarian ini terkenal dengan gerakannya yang anggun dan penuh makna, tetapi juga kostumnya yang indah. Mulai berkembang pada sekitar tahun 50-an, oleh seorang koreografer saat itu, Raden Tjetjep Soemantri.
16 paź 2022 · Tak hanya selendang, properti Tari Merak pun sangat beragam. Berikut ini adalah properti Tari Merah dari kepala sampai kaki. 1. Siger atau Mahkota. Dipakai di kepala yang berbentuk seperti kepala burung merak. Ada bagian jambul yang memanjang seperti paruh burung merak.
Tari merak adalah tarian tradisional Jawa Barat yang menggambarkan tingkah laku dan keindahan bulu-bulu yang dimiliki oleh burung merak. Tarian yang sudah ada sejak 1950 ini merupakan hasil karya dari Raden Tjetjep Somantri, dan sempat dimodifikasi oleh Dra. Irawati Durban Arjon dan Romanita Santoso.