Search results
untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-19 di sekolah; tetapi, hal ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi stigma pada pelajar dan staf yang terpapar virus ini. Penting untuk diingat bahwa COVID-19 tidak membeda-bedakan perbatasan wilayah, etnis, disabilitas, usia atau jenis kelamin. Tempat
Penyebaran virus Covid-19 menjadi penyebab angka kematian yang paling tinggi untuk saat ini (Rahcmat, 2020;1), sehingga membawa perubahan besar bagi dunia termasuk Indonesia. Berbagai negara telah menerapkan social distancing (pembatasan jarak sosial) untuk mengurangi interaksi orang-orang dalam
Lebih dari 200 negara di Dunia terjangkit virus corona termasuk Indonesia. Berbagai macam upaya pencegahanpun dilakukan oleh pemerintah di negara-negara di dunia guna memutuskan rantai penyebaran virus Covid-19 dengan memberlakukan lockdown dan social distancing (Supriatna, 2020).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi penularan SARS CoV-2 khususnya di kalangan anak-anak beserta gejalanya agar dapat menjadi informasi dalam rencana nasional untuk dapat membuat regulasi terkait jarak sosial dan upaya dalam mencegah penularan di sekolah.
Dalam menanggapi COVID-19, negara-negara di seluruh dunia telah menerapkan serangkaian langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial (LKMS), seperti pembatasan pergerakan, penutupan sekolah atau tempat kerja, dan pelarangan perjalanan mancanegara. 1
Tujuan dari dokumen ini adalah menyediakan panduan yang jelas terkait pencegahan, deteksi awal, dan pengendalian COVID-19 di sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya. Panduan ini, meskipun secara khusus ditujukan bagi negara-negara yang telah mendeteksi COVID-19, juga relevan di konteks lainnya.
Pertama, kami mencari kajian yang menilai setiap set intervensi di sekolah yang dirancang untuk mencegah penyebaran COVID-19. Kami mempertimbangkan semua jenis kajian dan pelbagai hasil, termasuk: - penularan penyakit berjangkit; - kesan-kesan berbahaya atau bermanfaat terhadap kesihatan yang lain;